Tuesday, June 9, 2015

PENELITIAN TENTANG KANDUNGAN PLASTIK DALAM GORENGAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Makanan memang kebutuhan pokok bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya. Tanpa makanan tentunya manusia tidak punya energi untuk berakivitas. Sehingga Bisnis kuliner pun menjamur dimana-mana. Produsen makanan berlomba-lomba mengolah aneka makanan enak dan lezat. Prinsipnya di mana ada makanan enak, disitu ada konsumen yang siap membelinya. Namun sering kali untuk menghemat waktu sekarang telah banyak para penjual makanan yang cepat dan mudah di dapat. Contohya , bakso mie, tahu, es , buah, ikan,gorengan, dan lain sebagainya. Maraknya pemberitaan saat ini tentang penyalahgunaan bahan-bahan kimia berbahaya sebagai bahan tambahan bagi produk makanan minuman yang tidak sesuai dengan peruntukkannya telah membuat resah masyarakat. Penggunaan bahan kimia seperti pewarna dan pengawet untuk makanan ataupun bahan makanan dilakukan oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih menarik, lebih tahan lama dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dampak kesehatan yang dirimbulkan dari penggunaan bahan-bahan berbahaya tersebut sangatlah buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan yang bersifat akut serta dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogen merupakan beberapa masalah kesehatan yang akan dihadapi oleh konsumen.
Masalah bahan kimia yang dicampur ke dalam makanan bukan hal baru, oleh karena itu pada hari ini kita akan sedikit mengulas bahan tambahan makanan (terutama yang berasal dari zat kimia) apa saja yang berbahaya dan bagaimana caranya agar terhindar dari bahayanya. Sebenarnya apa itu bahan tambahan makanan? BTM adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan baik alami atau artificial agar makanan itu mejadi awet, tampil lebih menarik dan rasa lebih tajam. Memang ada BTM yang dianggap aman, tetapi ada juga yang bersifat karsinogenik atau toksik.
Tempat-tempat yang banyak yang strategis untuk aksi pedagang curag tersebut umumnya di daerah keramaian dan cenderung di lingkungan pelajar maupun mahasiswa,seperti sekolah-sekolah dan kampus. Mereka sengaja memilih tempat tersebut karenaa banyak pelajar maupun mahasiswa yang masih gemar membeli makanan dan minuman yang menarik, enak,  cepat, dan mudah didapat.
Di kampus Unnes (Universitas Negeri Semarang) yang notabene banyak mahasiswa yang menjadi anak kos, dimana memang sudah menjadi kebudayaan bahwa anak kos sangat suka dengan yang instan-instan. Tanpa mereka memilih-dan memilih jenis makanan dan minuman manakah yang sehat yang tentunya tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.Kelompok kami melaui makalah ini memilih mengangkat permasalahan gorengan yang tidak sehat dan menimbulkan bahaya bagi tubuh, karena di lingkungan sekitar Unnes banyak penjual gorengan dan mahasiswa  juga sangat menggemari gorengan tersebut. Sehingga, ada kemungkinan salah satu penjual menggunakan trik-trik curang nya.  
Bahan makanan yang membuatnya dengan cara digoreng , merupakan makanan favorit mahasiswa, selain instan rasanya pun juga enak dan selalu dipakai untuk teman makan. Dengan prospek larisnya penjualan daripada orengan tersebut, turut menimbulkan beberapa permasalahan dalam pembuatan gorengan tersebut, banyak penjual nakal yang mengeruk untung yang lebih banyak dari penjualannya. berbagai cara mereka lakukan, memang tidak semua pedang yang melakukan hal itu. Kondisi cuaca di Indonesia seringkali membuat makanan yang dimasak, khususnya dengan cara digoreng, cepat layu atau melempem.
Sejumlah pedagang gorengan menggunakan campuran plastik saat menggoreng untuk membuat makanan tetap renyah dan gurih serta tidak cepat melempem. Padahal penggunaan campuran plastik berbahaya bagi kesehatan.
Usaha preventif sejak dini sangat perlu untuk mengurangi resiko masuknya zat-zat kimia tersebut masuk dalam tubuhDengan mengetahui seberapa bahayanya “gorengan plastik“ yang kini sedang merak di media beserta ciri-ciri nya.
1.2    Rumusan Masalah
1.         Bagaimana bahaya penambahan zat kimia pada makanan bagi tubuh manusia?
2.         Bagaimana bahaya gorengan yang digoreng dengan minyak bercampur plastik, apabila di konsumsi?
3.         Bagaimana cara membedakan gorengan asli (tanpa minyak plastik), dan gorengan dengan minyak plastik?
4.         Bagaimana tingkat keamanan gorengan yang di jual di lingkungan
mahasiswa Unnes?
5.         Apakah strategi perbaikan untuk mengurangi resiko masuknya bahan kimia tersebut?

1.3  Tujuan
1.         Untuk mengetahui bahaya penamabhan zat kimia pada makanan bagi tubuh manusia.
2.         Untuk mengetahui bahaya gorengan yang digoreng dengan minyak bercampur plastik, apabila di konsumsi.
3.         Untuk mengetahui cara membedakan gorengan asli (tanpa minyak plastik), dan gorengan dengan minyak plastik.
4.         Untuk mengetahui tingkat keamanan gorengan yang di jual di lingkungan
      mahasiswa Unnes.
5.         Menyusun dan melaksanakan  strategi perbaikan untuk mengurangi resiko masuknya bahan kimia tersebut.

1.3  Manfaat Penelitian
1.         Memberikan pengalaman kepada peneliti tentang kondisi lingungan  
      sekitar  khususnya kesehatan makanan.
2.         Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan ada ouput, berupa hasil penelitian yang valid.
3.         Hasil penelitian dapat dipublikassikan dala bentuk imbauan, sehingga diharapkan akan mendatangkan informasi yang berguna, khususnya bagi mahasiswa UNNES dan masyarakat pada umumnya.
4.      Dapat digunakan sebagai salah satu pencegahan  resiko penyakit yang ditimbulkan dari zat kimia berbahaya  yang masuk dalam tubuh manusia.

1.4  Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian dengan melakukan uji sampel.

1.5 Waktu dan Tempat
Penulis melakukan penelitian pada hari Jum’at, 8 Mei 2015 pukul 13.30 yang bertempat di sekitar lingkungan kampus Unnes.

















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Pengertian Zat Aditif (Kimia Berbahaya)
Zat aditif menurut WHO (World Health Organization)  adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan dalam jumlah sedikit untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, atau memperpanjang masa penyimpanan.       
Persyaratan penambahan zat aditif dalam makanan yaitu:
  1. Memperbaiki kualitas atau gizi makanan.
  2. Membuat makanan tampak lebih menarik.
  3. Meningkatkan cita rasa makanan.
  4. Membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi atau busuk.
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
  1. Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat.
  2. Zat aditif sintetis dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetis, zat aditif dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, penyedap rasa, dan antioksidan. Zat aditif dalam makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.

2.2    Bahaya Zat Kimia Dalam Makanan
Saat ini di pasaran masih banyak terdapat bahan-bahan tambahan makanan berbahaya pada sejumlah produk pangan olahan industri rumah tangga dan industri kecil. Hal itu terjadi karena kurangnya wawasan pengusaha terhadap keamanan pangan (food safety).
Banyak contoh pelanggaran telah terjadi di lapangan, sebagai wujud ketidaktahuan akan resiko bahaya yang tersembunyi di balik tindakan tersebut. Sebagai contoh ada pedagang ikan asin yang menyemprotkan obat pembasmi serangga (nyamuk) ke ikan-ikan asin dagangannya dengan tujuan agar dagangannya tidak dikerubungi lalat. Akhirnya, zat ber-racun obat nyamuk tersebut malahan menempel pada ikan asinnya.
Praktisi di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa kali menemukan produk-produk seperti sirup, mie, tahu, bakso mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti: pengawet berbahaya (benzoat, formalin, dll.), pengenyal berbahaya (boraks, dll.), pewarna berbahaya (Rhodamin-B, Methanyl Yellow, dll.), pemanis buatan (aspartame, sorbitol, dll.) dan bahan tambahan lain dengan dosis yang berlebihan.
Terdapat banyak efek (dampak) negatif penyalahgunaan (kontaminasi) bahan kimia berbahaya yang dipakai sebagai bahan tambahan pangan. Diantara efek negatif yang sering muncul adalah
1.      Keracunan, mulai gejala ringan hingga efek yang fatal (kematian).
2.      Kanker, seperti kanker leher rahim, paru-paru, payudara, prostat, otak, dll.
3.      Kejang-kejang, mulai tremor hingga berat.
4.      Kegagalan peredaran darah (gangguan fungsi jantung, otak, reproduksi, endokrin).
5.      Gejala lain, seperti : muntah-muntah, diare berlendir, depresi, gangguan saraf, dll.
6.      Gangguan berat, seperti : kencing darah, muntah darah, kejang-kejang, dll. 




2.3    Bahaya Gorengan Plastik
Foto Your Choice.Foto Your Choice.






Secara umum plastik dibagi menjadi dua jenis termoset dan termoplastik. Termoset bila dipanaskan akan terjadi perubahan kimia dan molekul-molekulnya tidak dapat dibentuk kembali, sehingga tidak bisa didaur ulang. Sedangkan termoplastik dapat dipanaskan dan dibentuk, berulang-ulang atau dengan kata lain dapat didaur ulang. Plastik kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan styrofoamâ berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan. Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas bila berkontak dengan minyak panas atau makanan yang berminyak / berlemak / mengandung alkohol dalam keadaan panas. Meskipun bila residunya kecil tidak menimbulkan bahaya, jika ditimbun terus-menerus, senyawa tersebut dapat memicu berbagai penyakit. Seperti yang dikatakan peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Ani Retno, gorengan berplastik yang dikonsumsi dalam waktu lama sangat berpotensi menyebabkan kanker karena mengandung zat karsiogenik.
          Gorengan yang dimasak dengan minyak goreng hasil pengulangan dalam suhu tinggi dan jangka waktu lama (deep frying) memberikan kontribusi tertinggi terhadap asupan asam lemak trans. Asam lemak jenis ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah, salah satunya adalah penyakit jantung koroner atau dapat juga menyebabkan kelumpuhan karena rusaknya jaringan saraf dan kandungan yang paling berbahaya pada plastik tersebut, yaitu Bisphenol A (BPA), yang mampu merangsang pertumbuhan sel kanker atau memperbesar risiko keguguran kandungan.
 Saat plastik di goreng di dalam minyak yang sudah panas, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis. Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer. Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung
Bayangkan dampak dari hal ini, bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran). Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Semakin tinggi suhu makanan atau minyak gorengan tersebut maka semakin cepat perpindahan monomer-monomer.
Minyak goreng yang digunakan berkali-kali oleh para pedagang gorengan sudah jelas tidak sehat apalagi ditambah dengan menggoreng plastik di minyak yang akan digunakan menambah tidak sehat minyak tersebut.
Berikut ini contoh plastik-plastik yang digunakan oleh para pedagang, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Plastik bungkus kue atau rujak
2. Plastik styrofoam
3. Plastik Kiloan (biasanya untuk bungkus makanan berkuah) dll
Nama plastik : Poli vinil Clorida
Sebuah penelitian di Jepang mengindikasi bahwa Poli Vynil Chlorida dan Vinylidene Chloride Resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun. ( http://www.halalguide.info/content/view/550/38/ )

2.4    Cara Membedakan Gorengan Biasa Dengan Gorengan Plastik
Beberapa tips untuk mengenali ciri-ciri gorengan biasa dengan gorengan yang mengandung bahan plastik dan tidak layak untuk dikonsumsi:



1.        Gorengan dengan warna mengkilap
Gorengan dengan warna mengkilap berarti digoreng dengan minyak goreng yang dicampur dengan plastik. Hindari membeli gorengan dengan warna kuning keemasan mencolok.

2.       Pada gorengan terdapat bercak-bercak putih
Bercak-bercak putih pada gorengan ini berasal dari plastik yang dilelehkan di dalam minyak goreng. Plastik ini lelehnya tidak sempurna sehingga menggumpal dan menempel pada kulit gorengan.

3.     Gorengan yang renyah tapi sedikit pahit
Anda membeli gorengan sudah berjam-jam yang lalu tapi masih renyah dan berasa sedikit pahit? Maka gorengan yang Anda beli mengandung kapur yang dicampurkan pada adonan gorengan. Kapur membuat gorengan awet dan tetap renyah walau sudah dingin selama berjam-jam.

4.     Gorengan dijual dengan harga yang sangat murah
Bila Anda ditawari untuk membeli gorengan dengan harga yang jauh berbeda dengan yang lainnya maka Anda patut curiga karena bisa saja itu gorengan yang sudah basi atau mengandung formalin sehingga awet hingga berhari-hari.

5.     Gorengan berbau menyengat
Bila gorengan berbau menyengat dan memiliki rasa yang aneh maka gorengan itu mengandung terlalu banyak MSG dan penyedap rasa lainnya. MSG dan penyedap rasa tidak baik dikonsumsi dalam kuantitas yang banyak jadi hindari membeli gorengan yang seperti ini.
Ada banyak cara untuk tetap menikmati gorengan tanpa kekhawatiran. Anda bisa membuat gorengan sendiri karena bagaimanapun juga gorengan yang dimasak sendiri akan lebih sehat dan higienis serta tidak mengandung bahan berbahaya.
BAB III
HASIL OBSERVASI

Untuk mengetahui tingkat keamanan gorengan yang di jual di lingkungan mahasiswa Unnes, kami melakukan penelitian dengan mengambil beberapa sampel gorengan yang dijual pedagang di sekitar lingkungan kampus Unnes.
Setelah kami mengambil sampel beberapa gorengan yang dijual di sekitar lingkungan Unnes, kemudian kami melakukan uji sampel tersebut untuk mengetahui apakah gorengan itu mengandung bahan plastik dan berhaya bagi kesehatan atau tidak.
Untuk mengetahuinya, kami melakukan uji coba sampel dengan cara membakar gorengan tersebut. Kami mengambil 5 sampel gorengan untuk diuji. Dari kelima sampel itu, satu sampel terbukti mengandung bahan plastik. Sampel tersebut terbukti mengandung plastik setelah diuji melalui pembakaran. Gorengan tersebut dapat terbakar dan nyala api bertahan lama pada gorengan tersebut. Gorengan tersebut juga terdapat bercak-bercak putih dan pada saat dibakar timbul bau menyengat seperti bau plastik serta meneteskan minyak yang mengandung plastik pada saat dibakar.












BAB IV
PELAKSANAAN PERBAIKAN DAN KESIMPULAN

3.1 Pelaksanaan Perbaikan
Dari pelaksanaan observasi tersebut, kami melakukan strategi perbaikan agar masyarakat dapat mengerti akan bahaya gorengan berbahan plastik dan dapat membedakan gorengan berplastik dengan gorengan biasa, yaitu melalui media sosial.
Kami memilih strategi perbaikan dengan melalui media sosial karena, media sosial merupakan sarana yang efektif untuk mengedukasi masyarakat khususnya Mahasiswa Unnes. Di zaman yang serba canggih sekarang ini, media sosial sudah tidak asing lagi dikalangan Mahasiswa, tanpa menggunakan media sosial, mereka akan ketinggalan informasi yang terbaru.
Dengan mengedukasi masyarakat khususnya Mahasiswa Unnes melalui media sosial, seperti: Facebook, Twitter, Youtube dan Blog, diharapkan mereka dapat lebih cermat dan berhati-hati dalam membeli gorengan, supaya bahaya dari gorengan berplastik yang berbahaya bagi kesehatan dapat dihindarkan.

3.2 Kesimpulan













DAFTAR PUSTAKA

http://www.pom.go.id/ /bahan-berbahaya-pada-plastik/. Online tanggal 07 Mei 2015.










No comments:

Post a Comment